BAB I
PENDAHULUAN
2.1
Pengertian Romusa
Romusha ( buruh,pekerja) adalah
panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa
penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.Kebanyakan romusa
adalah petani,dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani
menjadi romusa.Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia
serta Asia Tenggara.[1]
Romusa adalah
sebuah kata Jepang yang berarti semacam “ serdadu kerja ” yang tenaganya
dibutuhkan demi kepentingan perang pasifik yang dialami Jepang melawan tentara
sekutu pada Perang Dunia II[2] .
Dalam Ensiklopedia Nasional
Indonesia (1990:248)[3]
,romusa asal kata dari bahasa Jepang yang berarti kuli atau tenaga kerja.Lebih
lanjut diterangkan Romusa adalah nama barisan pekerja Jawa yang tidak
termasuk bagian ketentaraan akan tetapi umumnya dipekerjakan di garis belakang
dari berbagai medan pertempuran.
Menurut Ensiklopedia Nasional
Indonesia (1984:2934)[4]
,romusa adalah tenaga kerja paksa di dalam pendudukan Jepang yang dipekerjakan
di sarana strategis demi kepentingan pertahanan Jepang dan mengalami perlakuan
lebih buruk dari pada kerja rodi zaman Belanda.
Dalam
bahasa Jepang, romusha berarti “pahlawan kerja”. Romusha di Indonesia
dipakai untuk menyebut tenaga kerja paksa di zaman pendudukan
Jepang (1942–1945). Para romusha dipekerjakan untuk kepentingan
membangun pertahanan pasukan Jepang.[5]
Romusya
adalah rakyat yang dikerahkan oleh militer Jepang untuk membuat
jalan,jembatan,rel kereta api dan sebagainya dalam Perang Dunia II di wilayah
pendudukannya;banyak diantara mereka yang mati karena penderitaan.[6]
Apapun
artinya, romusa adalah orang-orang yang dipaksa kerja berat di luar
daerahnya,selama pendudukan Jepang bagi kepentingan tercapainya kemenangan
akhir.Waktu itu setiap kepala keluarga diwajibkan menyerahkan seorang anak
lelakinya dibawah usia 30 tahun untuk berangkat menjadi romusa.Tenaga- tenaga
tersebut didatangkan dari Jawa sebagai pulau yang paling padat penduduknya untuk
dikirim dan dikerahkan ke proyek-proyek tentara Jepang di Jawa dan pulau-pulau
lain bahkan hingga ke Singapura dan Thailand.
1.2 Latar Belakang Jepang Mengeksploitasi Romusa
Ketika perang pasifik pecah yang diawali dengan
serangan udara mendadak Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
(AS) di Pearl Harbor,Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941.Saat itu pulalah
dimulainya gencatan senjata antara Amerika Serikat dan Jepang.Tentu saja
peperangan antara kedua kubu tersebut membutuhkan biaya,tenaga dan bahan
makanan yang tidak sedikit.
Dalam waktu yang sangat
singkat Angkatan Perang Jepang telah dapat merebut dan menduduki hampir seluruh
wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara,termasuk Hindia Belanda.Hingga pada
tanggal 8 Maret 1942 tentara Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.Maka
berakhir pulalah pemerintahan penjajahan bangsa Belanda di Indonesia digantikan
oleh penjajahan bangsa Jepang.
Pada
akhir tahun 1942 keadaan perang pasifik semakin menyulitkan tentara Jepang
untuk mencapai obsesinya sebagai negara ekspansionis yang sukses dan
satu-satunya di wilayah Asia.Jika pada awal peperangan Jepang bertindak
agresif-ofensif,selalu menyerang .Maka pada awal tahun 1943 tentara Jepang
lebih bersifat defensif dari serangan balik Amerika Serikat sehingga Pimpinan
tentara Jepang merencanakan siasat perang selama mungkin untuk menahan dan
menghambat kemajuan tentara sekutu.Untuk keperluan itu tentara Jepang sangat
membutuhkan bantuan tenaga dari bangsa Indonesia yang menjadi daerah
jajahannya.
1.3 Tujuan Jepang Mengeksploitasi Romusa
Di
pulau Jawa menyimpan sumber daya yang melimpah dan dapat dimanfaatkan adalah
penduduknya.Oleh Jepang,penduduk tersebut dimanfaatkan tenaganya sebagai sumber
daya penting selain sumber alam.Maka jutaan orang dimobilisasi sebagai romusa
untuk melakukan pekerjaan berat di dalam dan luar pulau Jawa bahkan sampai ke
luar wilayah Indonesia.
Pada
awalnya romusa di pekerjakan sebagai tenaga produktif di
perusahaan-perusahaan,kedudukannya seperti buruh biasa.Kebijakan mobilisasi
mereka ke luar Jawa dimaksudkan untuk menciptakan produktivitas akibat
pengurangan produktivitas pertanian dan perkebunan di Pulau Jawa.Memasuki
pertengahan tahun 1943 ,kebijakan pengerahan romusa berubah menjadi usaha
eksploitasi.Pengambilan dan penempatan romusa oleh Angkatan Perang dilakukan
dengan serius.Ada tiga alasan mengapa eksploitasi romusa dilakukan.Pertama,kondisi
perang Pasifik semakin memburuk bagi Jepang.Kedua,adanya tuntutan
memenuhi kebutuhan sendiri (swasembada) bagi setiap Angkatan Perang di daerah
pendudukan. Ketiga, adanya motivasi ekonomi yang merupakan tujuan utama
imperialisme Jepang ke Indonesia. Keempat,Jepang kekurangan tenaga dalam
peran mensukseskan Perang Pasifik yang sedang dijalaninya guna untuk membuat
kubu – kubu pertahanan,lubang-lubang pertahanan,lapangan-lapangan udara,rel
kereta api,pertambangan batu bara,perkebunan jarak sebagai minyak dan
sebagainya.
Mulai saat itu tenaga romusa bukan hanya
diperlukan untuk eksploitasi ekonomi,tetapi juga diperlukan untuk proyek-proyek
yang secara langsung berkaitan dengan perang.Pada taraf ini permintaan terhadap
romusa menjadi tak terkendali.Di setiap desa dan wilayah ,laki-laki dan
perempuan usia produktif diinventarisir oleh kepala desa atau kepala wilayah
dan kemudian mereka dikenai kewajiban kerja tanpa terkecuali.
BAB II
SEPUTAR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
2.1 Ekspansi Jepang ke Kawasan Asia Pasifik
Jepang pernah menjadi
satu – satunya negara di Asia yang mampu menjadi negara imperialis.Dengan
usaha-usaha yang dilakukannya yaitu melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia
Pasifik termasuk Hindia Belanda,akhirnya memperoleh kedudukan terkemuka dalam
ilmu pengetahuan,ekonomi,politik,industri dan perdagangan.Bahkan pada tahun
1930 armada niaga Jepang telah menempati urutan ketiga setelah Inggris dan
Amerika Serikat.Hal ini tentulah dilatari oleh beberapa faktor yang kesemuanya
dilatari oleh keberhasilan proses modernisasi sejak dibukannya Politik Isolasi
Jepang pada tahun 1868.Diantara faktor-faktor
yang mendorong Jepang sebagai negara ekspansionis adalah :
1. Keinginan Jepang,terutama bagi
penguasanya yang berambisi untuk menjadi negara besar sejajar dengan
negara-negara besar lain di dunia,seperti Amerika Seriakt,Inggris,Jerman dan
Prancis.
2. Walaupun Jepang terdiri dari ribuan
pulau,tetapi luasnya tidak seberapa ditambah lagi sebagian besar negerinya
tandus, tidak terdapat potensi bahan tambang dan daerah pegunungan tidak
menguntungkan bagi usaha pertanian.Hasil dari pertanian tentu tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
3. Pertumbuhan penduduk Jepang sangat pesat
sehingga tidak mudah untuk mencari lapangan pekerjaan yang dapat
mensejahterakan rakyat setempat.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi negeri
Jepang.Sehingga untuk mengatasi hal ini maka Jepang saat itu mencoba dengan dua
jalan,yaitu memperluas kawasan industrialisasi dan melaksanakan emigrasi.[7] Dalam
prakteknya,Jepang menerapkan kedua cara tersebut.Malahan karena kedua cara
inilah mendorong Jepang menjadi negara ekspansionis.Dalam melaksaksanakan
strategi Emigrasi tersebut Jepang mengirimkan sebagian besar penduduknya untuk
mengadu nasib ke daerah-daerah di sekitar Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk
Hindia Belanda.Bahkan hubungan dagang
antara Hindia Belanda dengan Jepang telah berlangsung sejak tahun 1868.
Ternyata bukan hanya ke daerah sekitar Asia Tenggara saja,tetapi negara Amerika serikat dan Australia pun menjadi bagian strategi
Emigrasinya.Namun,kedua negara tersebut menutup negerinya terhadap kedatangan
orang-orang Jepang.Untuk itulah Jepang melakukan politik ekspansi dengan
merebut daerah – daerah sekitar negerinya disekitar Asia Pasifik.
Maka untuk mensukseskan ambisinya ,Jepang membentuk suatu
angkatan perang yang sangat kuat serta dibumbui dengan semangat
nasionalisme (fasisme militeristik) yang bercokol kuat dalam hati setiap tentara
Jepang.Disamping itu,kampanye perang pembebasan rakyat Asia dari cengkraman penjajahan
berhasil memperoleh dukungan mayoritas rakyat Jepang.Di luar Jepang,Sendenbu
(organisasi propaganda) sangat efektif membentuk opini di tengah –tengah rakyat
Asia Timur dan Asia Tenggara bahwa perang Jepang adalah perang pembebasan untuk
kemakmuran bersama Asia Timur Raya.Sehingga seluruh rakyat Asia harus berhimpun
di bawah pimpinannya untuk melenyapkan penjajahan.
Perang Pasifik
merupakan penanda lahirnya Perang Dunia II yang diawali dengan serangan udara
mendadak Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Pearl
Harbor ,Hawaii pada 7 Desember 1941.Serangan ini benar – benar membuat Amerika Serikat
hampir putus asa,karena praktis kekuatan
tempur armada Pasifik yang terdiri dari
kapal-kapal tempur dan penjelajahnya luluh lantak.
Pada awal peperangan di Pasifik,kekuatan udara Jepang
memang lebih besar dibanding Sekutu (Amerika Serikat,Inggris,Belanda dan
Australia).Armada tentara Sekutu di Pasifik tercatat 1.284 pesawat yang
tersebar dari Malaya,Hawaii,Hindia Belanda sampai Australia.Sementara Jepang
memiliki 2.620 pesawat,baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.[8] Pada
peperangan selanjutnya posisi Amerika Serikat dan Jepang dinilai seimbang,namun
memasuki tahun 1943 ,Amerika Serikat mulai melancarkan ofensif (serangan) balik
yang dimulai dari Papua Nugini yang saat itu dikuasai Jepang.
Sejak saat itulah kekalahan demi kekalahan dialami Jepang
di Pasifik.Ketika kondisi perang dirasa Jepang makin terpepet ,akhirnya
melahirkan gagasan dalam sejarah peperangan udara yang dianggap unik,yakni
serangan kamikaze atau “ Dewa Angin”.Konsep kamikaze dalam Perang Dunia
II bukanlah bunuh diri fanatik,karena motivasinya lebih pada “satu orang,satu
kapal perang” .Hal ini dianggap sebagai satu-satunya kesempatan untuk mengatasi
superioritas Amerika yang mulai dirasakan sejak akhir 1944.Namun harga yang
dibayar penerbangan kamikaze pun sangat tinggi.Pilot kawakan Saburo Sakai
menyatakan,kamikaze merupakan pemborosan.Namun,dia menghormati motivasi mereka
yang melaksanakannya.
Sejarah menunjukkan ,kali ini Dewa Angin tidak
menolong.Banyak kota di Jepang setiap waktu diguyur bom api dari
pesawat-pesawat pembom Amerika Serikat.Sampai akhirnya,pesawat B-29 menjatuhkan
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki ,pada 6 dan 9 Agustus 1945,yang menewaskan
lebih dari 100.000 orang.
Inilah akhir dari superioritas Jepang dalam ekspansinya
ke kawasan Asia Pasifik.Melemahnya kekuatan Jepang dalam perang Asia Psifik
,membuatnya kalang kabut dan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia negara yang didudukinya,salah satunya Indonesia.
2.2
Awal Pendudukan Jepang di Indonesia
Setelah
ratusan tahun lamanya Belanda menancapkan kolonialisasi di Indonesia,akhirnya
kekuasaan Belanda diserahkan kpada Jepang.Jepang menduduki Indonesia selama 3,5
tahun.Namun,meskipun relatif singkat,cukup membuat goresan dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
Pada
tanggal 1 Maret 1942,dibawah pimpinan Vince Admiral Takahashi,bala tentara
Jepang mendarat di Pulau Jawa menggunakan tiga tempat pendaratan.Pertama,di
Merak,Teluk Banten.Dalam pendaratan ini terdapat Letnan Jenderal Hitoshi
Imamurabeserta stafnya.Kedua,pendaratan dilakukan di Pantai Eretan Wetan,pantai
utara bagian Jawa Barat,dibawah pimpinan Kolonel Shoji beserta satuan Angkatan
Udara yang dipersiapkan untuk menggempur Pangkalan Udara Kalijati,Subang ,Jawa
Barat.Tempat pendaratan ketiga adalah di Sragen,Jawa Tengah,dibawah komando
Brigade Sakaguci.[9]
Jepang melakukan hal ini dengan
perkiraan bahwa pertahanan di ketiga tempat tersebut lemah.Perkiraan tersebut
tepat,sebab ketika mendarat tentara Jepang tidak mendapat perlawanan yang
Berarti.
Pada tanggal 8 Maret 1945,bertempat
di Kalijati,diadakan perundingan antara pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jenderal Jhr.
Mr..A.W.L.Tjandra Van Starkenborgh Stachhower dan Jenderal Ter Poorten dengan
Tentara Angkatan Darat ke-16 Jepang yang diwakili oleh Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura dan Kolonel Shoji.Dalam perundingan tersebut Imamura mendesak
peerintahan Hindia Belanda menyerah tanpa syarat dan mengalihkan kekuasaannya
kepada Jepang.Akhirnya ketika hari menjelang petang dan dalam kondisi dibawah
tekanan,Letnan Jenderal Tan Poorte menandatangani penyerahan (kapitulasi)
Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang .[10]
Setelah
mengambil alih pemerintahan Belanda di Indonesia,pemimpin pergerakan nasional
yang berada di pengasingan mengadakan peundingan di Palembang yang dihadiri
oleh Ir.Soekarno,Dr.A.K. Gani,Nutji A.R.A. Sumadi dari Gerakan Indonesia (
Gerindo),dan Dr.M.Isa dari Partai Indonesia Raya (Perindra) .Mereka membahas
langkah-langkah untuk menghadapi Jepang.Perundingan itu menghasilkan :
1. Kerjasama dengan Fasis Jepang,dengan
semboyan : “ Nippon – Indonesia adalah sama-sama”
2. Melakukan gerakan bawah tanah
3. Menjaga persatuan segenap pemimpin
nasional.
Mula-mula
kedatangan Jepang di Indonesia disambut baik oleh segenap rakyat
Indonesia. Mereka beranggapan bahwa
dengan kedatangan Jepang akan
merealisasikan mimpi mereka untuk segera menjadi negeri yang merdeka.Tentara
Jepang dianggap sebagai pembebas rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan
bangsa Belanda.Seperti diketahui,ramalan Jayabaya memang sudah menyebutkan tentang
kedatangan orang-orang katai yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari
belenggu penjajahan Belanda.Dan wujud dari orang-orang katai itu adalah
Jepang.Orang Jawa sangat mempercayai ramalan Jayabaya tersebut.Adapun diantara
sajak yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai
berikut :
Kalau
Pulau Jawa telah menjadi sekecil daun kelor,maka ia akan diperintah oleh bangsa
kulit putih.Dan kemudian datang dari utara bangsa kulit kuning.Pemerintahan
bangsa kulit kuning ini tidak akan lebih dari umur jagung.Sesudah itu Jawa akan
merdeka,tetapi akan mengalami perang saudara.Sesudah perang saudara ini
berakhir,barulah menyingsing zaman keemasan bagi Pulau Jawa.[11]
Pada
awal kedatangannya Jepang memang menunjukkan tindakan –tindakan yang sangat
baik.Berbagai kebijakan berpihak kepada bangsa Indonesia.Bendera merah putih
dibiarkan berkibar,lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan,dan bahasa Indonesia
bebas digunakan oleh mayarakat.Sedangkan posisi yang kosong dalam pemerintahan
didistribusikan kepada kaum terpelajar Indonesia.Indonesia dalam pandangan
rakyat sebentar lagi akan merdeka.Bagi Jepang tindakan tersewbut merupakan
upaya jangka pendek untuk menghimpun dukungan yang sebesar-besarnya dari rakyat
dan pimpinan pergerakan Indonesia sebelum mereka menunjukkan tujuan utama
kedatangannya.
Pada perkembangan selanjutnya
kebijakan Jepang terhadap Indonesia berubah.Orientasi yang sebenarnya lebih
diarahkan upaya eksploitasi sumberdaya alam,mobilisasi sumber daya
manusia,serta mengupayakan mobilisasi sumber daya kerja untuk kepentingan
perang Asia Timur Raya.
2.3 Kebijakan
–Kebijakan Jepang
Pada dasarnya kebijakan yang diusung
oleh Jepang terhadap Indonesia mempunyai dua prioritas,yaitu menghapus
pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat dan memobilisasi rakyat demi
kemenangan perang Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.Adapun
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia adalah :
1. Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilancarkan
oleh Jepang dalam aspek ini adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik.Pada tanggal 20 Maret 1942
,dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua
bentuk perkumpulan.Pada tanggal 8 September 1942 ,dengan dikeluarkannya UU No.2
,Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Keluarnya
UU tersebut ,praktis menjadikan organisasi nasional yang pada saat itu sedang
giat-giatnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia harus dilumpuhkan.Seperti
perjuangan yang dilakukan oleh Parindra dan GAPI yang berusaha memperjuangkan
persiapan kemerdekaan Indonesia.Tentu saja hal ini sangat membahayakan
pemerintah Jepang yang baru saja menginjakkan kakinya di Indonesia.
Langkah
selanjutnya Jepang kemudian mendirikan Gerakan Tiga A yang merupakan organisasi
propaganda Jepang untuk merekrut dan mengerahkan tenaga rakyat yang akan
dimanfaatkan dalam Perang Asia Timur Raya.Namun,organisasi tersebut kurang
sukses karena terdapat praktek kekerasan militer Jepang yang amat kejam
terhadap rakyat .Dalam hal ini Jepang kemudian menggunakan strategi yang lain
yaitu membentuk Putera ( Pusat Tenaga Rakyat) yang mana anggota organisasi
tersebut lebih dikenal rakyat dan disegani dengan sebutan empat serangkai .Mereka adalah Soekarno,Hatta,Ki Hajar
Dewantara dan K.H. Mas Mansur.Dengan dibentuknya organisasi tersebut diharapkan
para pemipin nasional dapat membujuk kaum nasionalis sekuler dan intelektual
untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya demi kepentingan perang melawan
sekutu.Disamping itu banyak lagi kebijakan politik yang dibentuk oleh Jepang
dalam rangka mempertahankan kedudukannya di Indonesia .
2. Aspek Ekonomi dan Sosial
Hal –hal yang diberlakukan dalam
sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk
kepentingan perang.Maka,seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah
digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.Jepang menyita seluruh
hasil perkebunan ,pabrik,bank dan perusahaan penting.Banyak lahan pertanian
terbengkalai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri
perang.Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta
kemiskinan meningkat drastis.
b. Menerapkan sistem ekonomin perang dan
sistem autarki (memenuhi kebutuhan sendiri dan menunjang kegiatan
perang).Konsekuensinya ,tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang.Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun
material.
c. Sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan
semakin terasa bertambah berat pada saat rakyat juga merasakan penggunaan
sandang yang memprihatinkan.Pakaian rakyat compang-camping ;ada yang terbuat
dari karung goni yang berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari karung
tersebut.Bahkan ada pula yang menggunakan lembaran karet sebagai penutup.
Demikian
bentuk praktik-praktik eksploitasi ekonomi masa pendudukan Jepang yang juga
tampak pada pergerakan sosial yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam
bentuk Kinrohosi atau kerja bakti yang mengarah pada kerja paksa untuk
kepentingan perang. Selain itu praktik eksploitasi atau pengerahan sosial
lainnya adalah bentuk penipuan terhadap para gadis Indonesia untuk dijadikan
wanita penghibur (jugun ianfu) dan disekap dalam kamp tertutup.Para
wanita ini pada awalnya diiming-imingi pekerjaan sebagai perawat,pelayan
toko,atau disekolahkan.Ternyata dijadikan pemuas nafsu untuk melayani prajurit
Jepang di kamp-kamp seperti di Solo,Semarang,Jakarta dan Sumatera Barat.Kondisi
tersebut mengakibatkan banyak gadis yang terjangkit penyakit kelamin ,stres
bahkan ada pula yang bunuh diri karena malu.[12]
Adapun
kebijakan pemerintah Jepang dibidang sosial yang dapat dirasakan manfaatnya
adalah pembentukan Tonarigami (RT).Dimana satu RT terdiri atas 10-12
kepala keluarga.Pembentukan RT ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan
pengaturan kewajiban rakyat.
3. Aspek Pendidikan
Kebijakan
yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan
diskriminasi dalam mengenyam pendidikan.Pada masa Belanda,yang dapat merasakan
pendidikan formal untuk rakyat pribumi hanyalah kalangan menengah ke atas,sementara
rakyat kecil tidak memiliki kesempatan .Sebagai gambaran diskriminasi yang
dibuat Belanda ,ada 3 golongan masyarakat yaitu kulit putih (Eropa),timur
asing(Cina,India dan lain-lain),dan pribumi.
Pola
seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang .Rakyat dari lapisan
manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal.Jepang juga menerapkan
pendidikan formal seperti di negaranya yaitu :SD 6 tahun,SMP 3 tahun dan SMA 3
tahun.Sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini
sebagai satu bentuk warisan Jepang.
Satu
hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer.Sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan pereng.Siswa memiliki
kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu
kebangsaan Jepang.Begitu pula dengan para gurunya,diwajibkan untuk menggunakan
bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa
Belanda.Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.
Dengan
melihat kondisi tersebut ,kita mendapatkan dua sisi,yaitu kelebihan dan
kekurangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih
liberal namun terbatas.Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada,tetapi terjadi penurunan kualitas
secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
Kondisi
di atas tidak telepas dari target pemerintah Jepang melalui pendidikan.Jepang
bermaksud mencetak kader-kader yang akan memelopori dan mewujudkan konsep
kemakmuran bersama Asia Timur Raya,namun dengan jalanyang salah,karena harus
melalui peperangan Asia Timur Raya.
4. Aspek Militer
Pada
aspek militer ,Jepang membentuk badan-badan militer yang semata-mata karena
kondisi militer Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik.Memasuki tahun
kedua pendudukannya (1943),Jepang semakin intensif mendidik dan melatih
pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer yang akan ditujukan sebagai tenaga
potensial yang akan diikutsertakan dalam pertempuran menghadapi sekutu .
Bentuk – bentuk barisan
militer yang dipersiapkan oleh Jepang antara lain :
a. Pada 9 Maret 1943 didirikan gerakan
Barisan Pemuda (Seinendan),anggotanya ± 3500 pemuda.Tujuannya untuk
melatih dan mendidik para pemuda agar mampu menjaga dan mempertahankan tanah
air dengan kekuatan sendiri.Persyaratan untuk menjadi Seinendan adalah
pemuda berusia 14-23 tahun.
b. Pembentukan Barisan Pelajar (Okutai)
untuk pelajar SD-SLTA
c. Pembentukan Barisan Bantu Polisi (Keibodan)
,dengan syarat yang lebih ringan dari Seinendan ,dengan syarat yang
lebih ringan dari Seinendan ,usia yang diprioritaskan ± 23-25 tahun.
d. Pembentukan Barisan Pembantu Prajurit
Jepang (Heiho).Anggota Heiho adalah pemuda berusia ± 18-25
tahun,dengan pendidikan terendah SD.Mereka akan ditempatkan langsung pada
Angkatan Perang Jepang (AL-AD).
e. Pembentukan Barisan Semi Militer khusus direkrut
dari golongan Islam dengan nama Hizbullah (Tentara Allah).
f. Pembentukan Pasukan Pembela Tanah Air
(PETA) tanggal 3 Oktober 1943 dilakukan oleh letjen Kumakici Harada melalui
Osamu Seiri No.44 yang mengatur tentang pembentukan PETA.
BAB III
SEJARAH ROMUSA SEBAGAI PUNCAK PENDERITAAN RAKYAT DI BAYAH
3.1 Proses Rekrutmen Romusa di Pertambangan
Bayah
Pertambangan
Bayah merupakan salah satu tempat eksploitasi yang menjadi strategi
pemerintahan militer Jepang untuk memenangkan perang Asia Timur Raya.Di sana
bukan hanya terdapat pertambangan batu bara saja tetapi juga proyek pembuatan
rel kereta api juga.Pada prosesnya,pertambangan Bayah tidak mengambil tenaga
kerja dari penduduk pribumi.Penduduk pribumi hanyalah berkonsep pada pengerahan
yang bersifat kerja bakti (kinrohonsi) seperti membuat dan memperbaiki
jalan dan jembatan.Sedangkan untuk tenaga romusa sendiri dimobilisasi dari Jawa
Tengah ,Jawa Timur dan sedikit dari Cirebon.[13]
Ada
tiga alasan Jepang melakukan rekrutmen dan mobilisasi romusa dari Jawa Tengah
dan Jawa Timur,antara lain:
1. Penduduk Bayah atau Banten Selatan yang
ada secara umum sudah terikat dengan kewajiban kinrohonsi (kerja bakti)
dengan pemerintahan Jepang.
2. Penduduk Bayah masih sangat sedikit
sehingga tidak memadai dan mencukupi untuk kerja di pertambangan.
3. Adanya keinginan penguasa militer Jepang
di Jawa untuk mempercepat produksi pertambangan Bayah sehingga mendatangkan
tenaga romusa secara besar-besar.
Dalam proses rekrutmen dan
mobilisasi,terdapat dua unsur yang berkaitan,yaitu pelaku rekrutmen dan sasaran
rekrutmen.Sedangkan keberhasilan perekrutan ditentukan oleh cara-cara yang digunakan
pelaku perekrutan dalam mempengaruhi sasaran perekrutan.
A. Pelaku Rekrutmen
Pelaku
rekrutmen diartikan sebagai orang-orang atau lembaga yang secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam proses perekrutan.Pada tingkatan tertinggi
,rekrutmen romusa diorganisasi langsung oleh Pemerintah Militer Pusat Angkatan
Darat ke-16 Jawa,sedangkan proses perekrutan dan transportasi pengiriman romusa
ke daerah-daerah tujuan menjadi tanggung jawab Romokyokai (biro tenaga
kerja).Biro ini dibentuk dari pusat hingga tingkat Karesidenan (Shu),Romokyokai
berkewajiban menentukan jatah (kuota) romusa yang harus disediakan oleh
karesidenan-karesidenan di Jawa dari mengontrol penempatannya ke daerah tujuan
pekerjaan.
Selanjutnya
jatah untuk karesidenan dibagi lagi kepada kabupataen-kabupaten.Dari kabupaten
(ken) kuota penyediaan romusa untyuk daerahnya diberikan kepada kewedanan
(Gun).Perekrutan dari tingkat kabupaten dipimpin oleh pangreh praja (bupati)
yang juga ketua BP3 (Badan Pembantu Prajurit Pekerja) di daerahnya.Selanjutnya
pangreh praja menugaskan kepada kepala-kepala desa (Kuncho) dalam wilayahnya
kekuasaanya untuk menyediakan tenaga dalam jumlah tertentu.Setiap desa (Ku)
rata-rata harus menyediakan romusa 20-50
orang romusa per-minggu.
Setelah
rakyat memberikan kepercayaan dan mau terlibat dalam kerja-kerja
romusa,perekrut dari Pangreh Praja inilah yang mendata,mengumpulkan dan
memberangkatkan romusa dari desa ke kecamatan lalu kabupaten kemudian
diberangkatakan ke Bayah.
B. Sasaran Rekrutmen
Sasaran rekrutmen merupakan orang-orang atau kelompok
orang yang telah memenuhi kriteria untuk dilibatkan ke dalam
pekerjaan-pekerjaan yang diadakan oleh pemerintah militer Jepang.Orang –orang
ini biasanya bertempat tinggal di wilayah-wilayah target perekrutan.Telah
dijelaskan bahwa wilayah yang menjadi target perekrutan adalah pemduduk dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur.Dari daerah-daerah
tersebut,pria-wanita,tua-muda,usia produktif adalah sasaran perekrutan.Menurut
peraturan yang dikeluarkan oleh Romukyokai ,laki-laki dan perempuan tersebut
harus berumur antara 14-45 tahun,dan bagi laki-laki diutamakan berbadan
sehat,kuat,dan tegap karena pekerjaan romusa sangat berat.
Tetapi ,dalam kenyataannya banyak hal yang dilanggar
ketika peraturan tersebut berhadapan dengan pelaksanaan.Pada prosesnya banyak
pangreh praja asal ambil saja dari masyarakat karena terdesak kuota.Agar
kuotanya terpenuhi aparat desa tersebut mengambil orang tua,pemuda,dan
anak-anak muda usia sekolah yang masih di bawah 14 tahun untuk dijadikan
romusa.
C.Cara-Cara Rekrutmen
Cara-cara
rekrutmen adalah tindakan yang dilakukan oleh perekrut untuk mempengaruhi
targetnya agar berperilaku dan bertindak sesuai dengan keinginan
dirinya.Berbagai cara dilakukan perekrut untuk mempengaruhi penduduk agar mau diajak ke dalam kerja romusa.Secara
umum yang sering dihadapi romusa adalah sebagai berikut:
1. Dengan cara membujuk dan merayu
Cara
ini dilakukan terhadap penduduk yang berlatar belakang
pengangguran,pengemis,dan penjahat dan juga terhadap golongan usia
muda.Golongan pengangguran,pengemis,dan penjahat umumnya langsung tertarik
dengan bujuk rayu itu dengan menjanjikan pekerjaan ,gaji dan makanan bagi
mereka.Sedangkan untuk golongan muda dengan sedikit tipuan yaitu selain
dijanjikan pekerjaan dan gaji serta apabila telah bekerja dalam masa tiga bulan
akan digantikan dan direkrut menjadi menjadi pemuda sukarela(kemiliteran) di
Jakarta.
2. Dengan cara tipu muslihat
Modusnya
seseorang tiba-tiba disuruh mendaftar oleh kepala desa untuk menggantikan bapak
atau saudaranya yang tidak bisa mengikuti romusa,atau petani yang sedang
bekerja di sawah didatangi perangkat desa dan diperintahkan berkumpul ke balai
desa untuk mendapat pelatihan.Namun,mereka kemudian diangkut ke Bayah tanpa
diberi kesempatan untuk berpamitan ke keluarga mereka.Ketika mereka tahu kalau
akan dijadikan romusa banyak dari mereka melarika diri ketika kereta berhenti
atau meloncat dari gerbong ketika kereta sedang berjalan.[14] Banyak
peristiwa seperti ini sehingga menyebabkan korban romusa tidak terhitung.
3. Dengan Cara memaksa
Cara
ini dilakukan apabila penduduk tidak lagi bisa dibujuk untuk dijadikan
romusa.Pada situasi ini biasanya penduduk telah mendengar kabar tentang
kekejaman dan kesengsaraan saudara-saudaranya di pertambangan Bayah.Sehingga
ketika nama mereka dicantumkan namanya ke dalam daftar pekerja untk
diberangkatkan oleh kepala desa ,mereka cenderung menentang dan menolaknya. Kuncho
yang takut gagal memenuhi kewajibannya terhadap Jepang berusaha dengan berbagai
cara,seperti menangkapi petani yang sedang bekerja di sawah,bahkan melakukan
peculikan anak-anak sekolah yang sedang belajar di sekolah.Cara ini biasanya
mendapat dukungan dari pejabat kecamatan dengan mengirimkan tentara Jepang ke
desa-desa tersebut.
3.2 Kondisi
Lingkungan Kerja dan Pekerjaan Romusa
Romusa di pertambangan Bayah adalah
orang-orang yang datang bukan untuk mengadu nasib atau mencari penghidupan yang
lebih baik.Tetapi,orang-orang yang tertipu sehingga menjadi korban kewajiban
kerja paksa Jepang.
Romusa di pertambangan Bayah terbagi
ke dalam dua kategori,antara lain:
1. Romusa
yang memiliki keahlian
Romusa semacam ini sangat dibutuhkan
di pertambangan Bayah.Mereka sebelum dikirim sudah memiliki profesi seperti
ahli bangunan,ahli mesin,pembuat jalan dan jembatan,pegawai
kereta,masinis,sopir,ahli dalam pembukaan hutan serta ahli dalam
pengeboran.Mereka akan dijadikan juru tulis,mandor,dsb
2. Romusa
tanpa keahlian
Romusa dalam kategori ini adalah
romusa yang dari tempat asalnya tidak mempunyai keahlian apa-apa.Mereka umumnya
berprofesi sebagai petani,gelandangan,pengemis,dsb.
Golongan ini adalah mayoritas romusa
di pertambangan Bayah.Romusa yang tidak memiliki keahlian ini dibedakan menjadi
tiga kelompok,antara lain:
a. Kelompok
romusa dengan kondisi badan lemah
b. Kelompok
romusa dengan kondisi badan sedang
c. Kelompok
romusa dengan kondisi badan sedang
Kondisi pekerjaan merupakan gambaran aktivitas romusa
yang berhubungan dengan pelaksanaan kerja yang diberikan oleh Jepang di
pertambangan Bayah.Kondisi kerja tersebut dibedakan menjadi:
1. Kondisi
Kerja Romusa non Tambang
Romusa non tambang dipekerjakan pada
pekerjaan-pekerjaan biasa seperti membuat jalan raya dan jalan kereta,membuka
hutan,membuat bangunan-bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sifatnya
tidak berat.Sebelum dan selama melakukan pekerjaan ,romusa-romusa dibagi ke
dalam regu-regu kecil.Setiap regu berjumlah 15 sampai 20 orang dan dipimpin
oleh seorang ketua regu.Setiap regu ditentukan target kerja yang harus dicapai
setiap harinya.Untuk pekerjaan merambah hutan,setiap regu ditetapkan harus
mengumpulkan kayu dalam jumlah kubikan tertentu dan penebangan dalam luas
tertentu.Dalam membuat jalan ditentukan berapa meter yang harus diselesaikan
dan dalam membuat bangunan juga ditentukan batas waktu jadinya suatu bangunan
tersebut.
Pekerjaan ini umumnya tidak begitu
berat,tetapi kondisi tubuh romusalah yang mengakibatkan pekerjaan itu menjadi
berat,karena banyak romusa yang sakit dan lemah diharuskan tetap bekerja.Dalam
peraturan yang harus dilaksanakan oleh Kigotai bahwa setiap romusa yang
sakit tapi masih bisa berdiri dan berjalan diharuskan tetap bekerja kecuali
sudah tidak dapat berdiri dan bergerak.Lagi pula bekerja adalah satu-satunya
cara romusa agar bisa bertahan hidup,karena dengan bekerja sedikit makanan agar
dapat bertahan hidup masih bisa didapatkan.[15]
2. Kondisi
Kerja Romusa Tambang
Pekerja tambang adalah romusa yang
dalam pekerjaannya berhubungan dengan pengambilan batu bara di dalam
lubang-lubang penambangan dan aktivisnya lebih banyak berada di bawah tanah.Aktivitas
di lubang penambangan berlansung 24 jam yang dibagi dalam empat shift.Setiap
shift romusa mendapatkan waktu kerja selama 6 sampai 7 jam.Seperti pada romusa
non tambang,romusa ditambang juga dibagi kedalam kelompok atau regu yang
masing-masing terdiri dari 10 sampai 12 orang.Setiap regu dipimpin oleh ketua
regu ,yang beranggotakan 2 orang pemegang mesin bor,2 orang pemasang
dinamit,dan selebihnya adalah tukang pecah batu bara dan pengangkut.
Dalam
satu shift ,lubang-lubang penambangan diisi oleh 4 sampai 6 regu,di awah
pengawasan langsung satu orang mandor.Jadi,dalam 4 shift terdapat empat
mandor.Mandor-mandor tersebut mempertanggung jawabkan pekerjaannya
kepadaseorang mandor utama yang disebut mandor besar.Setiap mandor besar dalam
pekerjaannya bertanggung jawab langsung kepada seorang Jepang kepala bagian
romusa.
Proses
penambangan di dalam lubang menimbulkan kecelakaan kerja,seperti tertimpa
longsoran tanah,terkena ledakan dinamit,terbentur dinding batu,terkena pentalan
batu dari ledakan,kebakaran di dalam tambang,kekurangan oksigen,hingga
keracunan gas di dalam lubang.Hal ini terjadi sebagian besar karena kelalaian
Jepang yang tidak memberikan alat-alat keselamatan yang memadai selama proses
penambangan.
Selain
kecelakaan kerja ,hal umum yang selalu dialami semua romusa adalah kelelahan
fisik yang amat sangat dan menurunnya daya tahan tubuh akibat kekurangan pangan
dan berbagai penyakit yang dideritanya.Dalam kondisi ini pekerjaan yang sudah
berat dirasakan semakin menyiksa dan menimbulkan penderitaan yang
berkepanjangan akibat tidak dipenuhinya hak-hak dasar pekerja yang semestinya
seperti mendapatkan makanan dan pakaian,upah ,dan pelayanan kesehatan untuk memulihkan
kondisi badan sulit didapatkan.Akibatnya dalam jangka panjang pekerjaan romusa
di pertambangan benar-benar menjadi tragedi kemanusiaan yang dahsyat.
3.3 Penderitaan yang Dialami Romusa
di Bayah
Kebijakan
romusa yang dilancarkan oleh pemerintah Jepang untuk memenangkan perang pasifik
ternyata menimbulkan penderitaan –penderitaan yang amat berat bagi sebagian
rakyat Indonesia.Semula tugas-tugas yang dibebankan kepada para romusa bersifat
sukarela.Akan tetapi lama kelamaan berubah menjadi kerja paksa yang dinilai
lebih kejam daripada kebijakan culturstelsel (semacam kerja paksa) pada
zaman penjajahan Belanda.Dalam hal ini penderitaan yang dialami rakyat Bayah
akibat romusa adalah :
1. Sistem
Upah
Layaknya suatu pekerjaan,pasti akan
mandapatkan hasil dan pekerjaan harus diberi imbalan.Begitu pula dengan romusa-romusa
di pertambangan Bayah,mereka pun mendapatkan upah yang berupa uang dan bahan
makanan atau beras.Dalam hal ini terdapat ketidaksesuaian upah dari yang semula
dijanjikan oleh Jepang.Untuk pekerja lubang penambangan,mereka mendapatkan upah
40 sen-60 sen dan beras 400 gram per harinya,sedangkan romusa berkeluarga
mendapatkan beras 750 gram per hari.Romusa bukan pekerja lubang menerima upah
antara 15 sen -40 sen dan beras 250 gram.[16]Dalam
bentuk bahan makanan ini Jepang tidak mutlak memberikannya dalam bentuk beras
tetapi diberikan juga dalam bentuk nasi siap saji.Nasi yang diberikan terhadap
romusa kadang-kadang masih bercampur dengan butiran gabah atau kerikil dengan
pelengkap sayur bening tanpa bumbu yang isinya pepaya mentah atau genjer
ditambah ikan asin (kalau ada),seringnya tidak ada.Sedangkan dalam hal upah
berupa uang setiap romusa pasti mendapatkannya tetapi jimlahnya tidak tentu dan
tidak berlanjut.Hal ini tentu saja menanmbah penderitaan romusa selama bekerja.
2. Beratnya
Beban Kerja
Romusa merasakan
beratnya beban kerja secara fisik dan psikis.Secara fisik apa yang dikerjakan
pada saat itu sangat bertolak belakang dengan yang biasa mereka kerjakan
sehari-hari di daerah asalnya.Di tempat kerja baru,mereka berhadapan dengan
pekerjaan baru (di pertambangan batu bara Bayah) yang sama sekali belum pernah
mereka kerjakan sebelumnya dengan pola kerja yang ketat.Dalam kondisi seperti
itu,mau tidak mau harus mematuhi apa yang diperintahkan Jepang.Menolak
perintahnya berarti menanti hukuman berat yang akan diberikan Jepang.Selain
itu,adanya ketentuan tidak tertulis yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan
makanan maka romusa harus bekerja,dan yang tidak bekerja tidak akan terdaftar
dalam penerima ransuman nasi atau jatah beras.
Secara
psikis,kita bisa melihat pada masa awal perekrutan.Romusa direkrut dengan
cara-cara yang tidak patut dan secara emosional hal itu menyebabkan para romusa
menjadi tertekan.Sehingga banyak dari mereka yang akhirnya tidak ikhlas bekerja
dan hendak kabur dari tempat romusa untuk kembali berkumpul dengan keluarga
yang telah lama ditinggalkan.
3. Kurangnya
Makanan dan Pakaian
Makanan adalah unsur penting bagi
romusa agar bisa bertahan hidup dan mendapatkan energi agar dapat tetap
bekerja.Dalam hal ini makanan memang diberikan dalam dua kali sehari,beras bagi
romusa yang berkeluarga,dan nasi bagi romusa yang tidak berkeluarga.Yang jadi
masalah bagi romusa adalah takarannya yang tidak sesuai dengan kebutuhan harian
dan kualitasnya tidak layak konsumsi bila dibandingkan dengan energi yang harus
mereka keluarkan sehari-hari dalam pekerjaannya.Beras yang diberikan tidak
semua dapat dikonsumsi karena kadang kala masih bercampur dengan gabah,jagung
atau bahkan kerikil kecil.Selain itu tak jarang romusa mendapatkan makan
pagi,tetapi sorenya tidak.Bersama nadi tersebut diberikan juga sayur pepaya tau
daunsingkong,genjer,kangkungb tanpa bumbu dan lauknya sekali-kali ikan asin.
Pakaian sama halnya dengan makanan
yang merupakan barang langka dan sulit didapatkan.Pakaian yang diberikan Jepang
kepada romusa berupa baju dan celana yang terbuat dari bahan karung goni untuk
laki-laki dan lempengan karet (lateks) untuk perempuan.Bagi romusa memakai
pakaian itu adalah siksaan dan sangat tidak nyaman karena menyebabkan panas dan
gatal-gatal,juga menyebabkan iritasi kulit apabila bergesekan dengan
serat-seratnya yang sangat kasar.Pakaian ini selain digunakan romusa untuk
bekerja di lubang pertambangan ,proyek penambangan,dan membabat hutan,juga
untuk pakaian sehari-hari [17].Hal
ini biasa terjadi karena romusa hanya memiliki satu buah pakaian dalam jangka
waktu yang lama.
4. Wabah
Penyakit
Wabah penyakit merupakan pembunuh
nomor satu di pertambangan Bayah.Menurut Tan Malaka (2000:349),dalam sehari
tidak kurang 400-500 orang romusa meninggal dunia di seluruh wilayah
pertambangan Bayah.Wabah penyakit timbul dan menyebar disebabkan oleh:
a. Kondisi
Lingkungan yang tidak sehat
Pemukiman
romusa oleh Jepang umumnya ditempatkan di sekitar lubang-lubang penambangan di
tengah hutan dan tepi pantai yang potensial sebagai sarang nyamuk malaria.Juga
tidak terdapat fasilitas MCK yang baik dan memadai.Romusa terbiasa untuk
menggunakan sungai-sungai untuk aktivitas tersebut.Hal ini berpotensi
menyebabkan malaria ,disentri,dan kolera.
b. Kondisi
badan romusa yang lemah
Pekerjaan
berat dan kurangnya makanan membuat tubuh romusa sangat lemah dan memiliki
tingkat imunitas yang rendah terhadap potensi penyakit yang akan menyerang
tubuhnya.Sehingga ketika disekelilingnya teradapat potensi penyebaran dari
lingkungan dan penularan dari sesama romusa maka romusa tersebut sangat rentan
sekali terjangkit.
c.Kondisi
badan dan pakaian yang kotor
Pakaian
dan badan yang kotor berpotensi terjangkitnya penyakit kulit yang diakibatkan
oleh parasit-parasit atau kutu busuk yang menempel ditubuh dan pakaian
tersebut.Apalagi pakaian romusa adalah pakaian multiguna,yaitu pakaian
sehari-hari dan bekerja.Juga disebabkan oleh bahan pakaian yang
digunakannya,yaitu karung goni yang menjadi tempat tinggal nyaman kutu busuk
yaitu tuma penghisap darah.Tuma ada hampir di seluruh pakaian romusa di
pertambangan Bayah,biasanya tinggal dalam pori-pori karung yang memang besar
dan dalam lipatannya.Siang dan malam tuma-tuma itu menghisap darah
romusa,meninggalkan bintik-bintik merah dikulit dan sangat gatal.Mau tidak mau
romusa harus menggaruknya yang lama kelamaan meninggalkan luka yang menyebar
menjadi budukan,dan dari lecet menjadi borok yang berisi nanah.
Pada
malam hari menjelang tidur,siksaan ini semakin dahsyat karena serangan tuma
yang ditambah tumbila yang bersarang di pelupuh (lantai bambu) bedeng
(asrama romusa).Untuk menghindarinya banyak romusa yang tidur di luar
bedeng dan tidur di atas tanah yang kotor dan lembab.[18]
Tidur di alam terbuka seperti ini dalam jangka waktu yang lama membuat daya
tahan tubuh romusa semakin menurun sehingga mudah terjangkit berbagai macam
penyakit.
d. Tidak
ada upaya penanngulangan dari pihak Jepang
Dalam kondisi ini seharusnya Jepang
membuat rumah sakit untuk menampung romusa yang menderita penyakit,menambah
dokter dan perawat,menyediakan beragam obat untuk penyakit dan yang paling
penting adalah meningkatkan kualitas hidup romusa.
Pada saat itu memang rumah sakit
besar ada di Pasir Kolecer Bayah di setiap blok penambangan serta terdapat
semacam balai pengobatan (klinik) ,tetapi tidak berfungsi sesuai dengan yang
diharapkan.Di rumah sakit tersebut setiap pasien yang datang hanya mendapatkan
sekadar pemeriksaan alakadarnya dan tidak mendapatkan obat.Hal ini terjadi
karena minimnya obat-obatan dan kalaupun ada hanya pil kina saja yang
disediakan Jepang.
Fungsi rumah sakit saat itu tidak
lebih hanya sebagai tempat penampungan romusa untuk menunggu kematian.Bahkan
dikalangan romusa sendiri ada desas-desus kalau sekali seseorang diangkut ke
rumah sakit atau klinik,maka ia tidak akan kembali dalam keadaan hidup.
Selama bergelut dengan rasa
sakitnya,romusa-romusa ini tidak dapat bekerja atau tidak mau bekerja
lagi.Mereka berserakan di berbagai tempat di sekitar kamp-kamp
penambangan,emperan-emperan bangunan,di sepanjang rel kereta api,di pemukiman
penduduk dan di bawah pepohonan.Para romusa ini hanya bisa terdiam merasakan
sakit dan menunggu maut karena sudah tidak mampu beraktivitas lagi.Setiap pagi
penduduk sekitar dan para romusa menyaksikan pemandangan mengerikan yaitu
romusa-romusa telah menjadi mayat yang berserakan.
Pemandangan seperti itu bukan barang
yang aneh bagi mereka.Ketika itu mayat-mayat romusa seolah tidak dianggap
manusia karena pemakamannya tanpa melalui proses ritual layaknya manusia
mati.Mayat yang hanya dibungkus tikar,dibalut pakaian yang menempel pada
badannya atau dengan dedaunan,kemudian dimakamkan di mana saja tergantung
romusa itu ditemukan.Dalam satu lubang kadang kala diisi bukan hanya oleh satu
atau dua mayat,tetapi bisa sampai lima puluh mayat.Sungguh ironis bila
mengungkap fakta kekejaman Jepang terhadap penderitaan romusa di Bayah saat
itu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penjajahan oleh siapapun dan apapun
bentuknya terhadap bangsa kita telah menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan
yang luar biasa.Tindakan kekejaman yang diperagakan oleh bangsa penjajah
didesain sedemikian rupa untuk ditimpakan kepada rakyat bangsa jajahan demi
tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai penjajah.Alasan ekonomi dengan
mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia telah mengorbankan
jutaan rakyat Indonesia.Fakta sejarah itulah yang terjadi di pertambangan batu
bara Bayah,Banten Selatan pada kurun waktu 1942-1945. Sebuah penderitaan rakyat
yang amat memilukan dan hampir tak ternilai bila dibandingkan dengan korban
tsunami yang maha dahsyat itu.
[3]
..............,Ensiklopedia Nasional
Indonesia Jilid 14 (Jakarta :Cipta Adi Pustaka,1990),hlm.248
[4]
...............,Ensiklopedia
Nasional Indonesia Jilid 5 (Jakarta :Ichtiar Baru Van Hoeve,1984)
[5]
...............,Kamus Besar Bahasa
Indonesia ed.3 cet-1 (Jakarta :Balai Pustaka ,2001)
[6]
Badadu,J.S,Kamus Kata-Kata
Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:Kompas,2005),hlm.1054
[7]
Hendri F.Isnaeni,op.cit.,hlm.14
[8]
M.C.Ricklefs.Sejarah Indonesia
Modern (Yogyakarta:Gajah Mada Universiti Press,1991),hlm.289
[9]
Sagimun M.D,Perlawanan Rakyat
Indonesia Terhadap Fasisme Jepang (Jakarta:Inti Idayu Press,1985),hlm.29
[10]
Hendi F.Isnaeni,op.cit.,hlm.41
[11]
Sagimun M.D,op.cit.,hlm.19
[12]
Kuswardoyo & Suparman,Sejarah
Nasional dan Sejarah Umum (Surakarta:PT.Pabelan,2003),hlm.65
[13]
Hendri F.Isnaeni,op.cit.,hlm.87
[14]
Tan Malaka,Dari Penjara Ke
Penjara Jilid II (Jakarta:Teplol Press,2000),hlm.17
[15]
Hendri F.Isnaeni,op.cit.,hlm.111
[16]
Tan Malaka,op.cit.,hlm.54
[17]
Hendri F.Isnaeni,op.cit.,hlm:134
[18]
Tan Malaka,op.cit.,hlm:60
Jual Obat Aborsi, Obat Penggugur Kandungan, Obat Telat Bulan
BalasHapusObat Cytotec, Obat Pelaing Mujarap Untuk Aborsi / Menggugurkan Kandungan Dalam Jangka 4-5 Jam Langsung Luntur
- Paket A @ 500.000,- Untuk menggugurkan kandungan usia 1-4 minggu.
- Paket B @ 850.000,- Untuk menggugurkan kandungan usia 8-12 minggu.
- Paket C @ 1.200.000,- Untuk menggugurkan kandungan usia 15-20 minggu.
Hubungi;081 226 592 555
Miris euy pen nangis bacanya,mga penjajahan dalam bentuk apapun di dunia ini tidak terjadi lagi
BalasHapus